Rabu, 23 Maret 2011

psikoneuroinunologi

PSIKONEUROIMUNOLOGI:
PENELITIAN ANTAR DISIPLIN PSIKOLOGI, NEUROLOGI, DAN IMUNOLOGI

ilmu ini merupakan kaitan ataupun interaksi antara perilaku, kerja saraf, fungsi endokrin dan proses kekebalan tubuh (Ader dan Cohen, 1993).
Di Indonesia penerapan ilmu perilaku dalam penelitian antar disiplin untuk peningkatan penggunaan obat-obatan secara rasional telah berkembang sejak tahun 1991.
Bedanya dengan di Indonesia selain ilmu terapan, ilmu psikologi dasar di Amerika Serikat juga berkembang pesat. Antara lain ilmu perilaku dasar tersebut adalah psikologi faal, psikologi kognitif, psikologi saraf, psikologi sosial, psikologi perkembangan, psikolinguistik, psikologi belajar, dan psikologi lain yang dicobakan dan dikembangkan di laboratorium seperti faktor manusia (human faclors) atau ergonomi.
Kombinasi ilmu-ilmu dasar tersebut juga berkembang pesat seperti ilmu saraf perilakuan atau dalam bahasai Inggris Behavioral neuroscience. Juga psikologi saraf kognitif atau cognilive neuropsychology
Menurut Ader dan Cohen (1993) pada mulanya tidak diketahui dan tidak diharapkan adanya kaitan antara otak dan sistem kekebalan tubuh. Akan tetapi terlihat bahwa:
(a) manipulasi saraf dan fungsi endokrin mengubah respons kekebalan, dan stimulasi antigenik yang menimbulkan respons kekebalan menghasilkan perubahan dalam saraf dan fungsi endokrin;
(b) proses perilakuan mampu mempengaruhi reaksi kekebalan, dan sebaliknya status kekebalan suatu organisme mempunyai konsekuensi perilaku.
Penelitian psikoneuroimunologi ini menunjukkan bahwa sistem saraf dan kekebalan tubuh, yang merupakan sistem sangat kompleks untuk pemeliharaan homeostatis, mewakili suatu mekanisme terpadu yang menyumbang pada adaptasi individual dan spesies.
Proses fisiologis sebetulnya juga perilaku, sehingga pengubahan melalui pengkondisian klasik seperti itu dapat meningkatkan pengendalian terhadap adanya penyakit tertentu (Ader dan Cohen, 1993).
Kecemasan merupakan salah satu bentuk respon yang paling umum terhadap stress. Namun stress juga dapat menimbulkan kemarahan dan agresi, apati dan depresi dan gangguan kognitif. Selain masalah psikologis, stress ternyata juga memiliki dampak terhadap kesehatan tubuh seseorang
Gangguan psikosomatik misalnya, yang merupakan gangguan fisik dimana emosi diduga memiliki peranan penting. Demikian juga dengan penyakit jantung koroner yang merupakan penyeban kematian dan penyakit kronis nomor satu di Amerika Serikat pada banyak kasus memiliki kaitan dengan stress, dimana orang dalam pekerjaan dengan stress tinggi berada pad resiko tinggi mengalami penyakit ini. Stress juga diduga memiliki kaitan dengan sistem kekebalan tubuh, sehingga timbul bidan riset yang relatif baru dalam kedokteran perilaku yaitu psikoimunologi yang banyak meneliti bagaimana sistem kekebalan tubuh dipengaruhi oleh stres.
Tehnik penanganan terhadap stress pun berkembang semakin banyak, mulai dari yang berpijak pada aliran utama psikologi seperti psikoanalisis, perilaku dan humanistik, hingga pada penggalian pad konsep-konsep tradisional dan spriritual seperti penggunaan doa, dzikir, terapi air, terapi seni dan lain sebagainya.
Stres yang tinggi akibat pergerakan dunia yang demikian cepat juga memaksa semua orang untuk mampu dan memiliki tehnik self-help untuk menangani stress.
Kabar baiknya adalah, tidak semua bentuk stres terkait dengan gangguan kejiwaan atau gangguan perilaku. Pada titik dan kondisi tertentu, stres mampu menigkatkan produktivitas. Beberapa orang bahkan mencari aktivitas yang bagi kebanyakan orang merupakan aktivitas yang penuh stres untuk "penyegaran" dari kehidupan sehari-hari

PERSYARATAN MENJADI PENELITI PSIKONEUROIMUNOLOGI
Untuk mengembangkan psikoneuroimunologi, ahli perilaku yang berkecimpung di bidang ini biasanya mempunyai dasar pendidikan pasca sarjana di bidang psikologi faal ataupun psikologi saraf. Selain berbagai psikologi dasar, mereka juga menguasai biologi, endokrinologi, fisiologi, kimia, neurologi, dan mungkin farmakologi.


DAFTAR PUSTAKA
Ader. R. & Cohen, N. 199?. Psychoneuroimmunology: Condi’.ioning and stress. Annual Review ofPsychology, 44: 53-85. Cohen, S, Tyrell, D.A.J., & Smith, A.P. 1991. Psychological stress and susceptibility to the common cold. The New England Journal of Medictm, 325. 606-612. Cohen, S. & Williamson, G.M. 1991, Stress and infectious disease in human. Psychological Bullelin. 109, 1, 5-23. Dantzer, R. & Kelley, K.W. 1989. Minireview; Stress and immunity: an integrated view of relationships between the brain and the immune system. Life Sciences, 44. 1995-2008. Dhabhar, S.F., Miller, A.H., McEwen, B.S., & Spencer, R.L. 1996. Stress-induced changes in blood leucocyte distribution: role of adrenal steroid hormones. The Journal of Immunology, 157, 1638-1644. Dunn, A.J. 1989. Psychoneuroimmunology for the psycitoneuroendocrinologist: a review of animal studies of nervous syster.i-iimnunc sysiem ir.icractior.a. Fsychowturo&ndocrino-logy, /4,4,251-274. Groves, P.M. & Rebec. G.V. 1992. Imroduction lu biological psychology (4tn ed.j. Dubuque. IA: Win C, Brown. Maier, S.F., Watkins, L.R., & Fleshner, M. 1994. Psychoneuroimmunology: The interface between behavior, brain, and immunity. American Psychologisl. 49, 12, 1004-1017. Manurung, P. 1997. Regulasi program S-3, upaya untuk memacu aktivitas riset kita. Kompa< Selasa, 4 November, 4-5. Marsland, A.L., Herbert, T.B., Muldoon, M.F., Baciien, E.A., Patiersvn, S., Cohen. S., & Rabin. B. 1997. Lymphocyte subset redistributiori during acute lab-oralury stress in young adults: Mediating effects of the.monoconcentration. Heal;h Psychology, 16,4,341-348. rss.v.- - nm BuMm Psikologi, Jakun KS’omorl, Desember /’W* Psikoneuroimunologi: Penelitian antar Disiplin Psikologi,. 25 Posner, M.l. & Raichle. M.E. 1997. Images ofMind. New York: Scientific American Library. Prawitasari, J.E. 1993. Efektivitas terapi relaksasi. Anima, 30, 19-34. Prawitasari Hadiyono, J.E., Suryawati, S., Danu, S, & Santoso, B. 1996. Interactional Group Discussion: Results of a controlled trial using a behavioral intervention to reduce the use of injections in public health facilities. Social Science & Medicine: an international Journal, 42, 8, 1177-1184. Rabkin, J.G. & Struening, E.L. 1976. Life events, stress, and illness. Science, 194, 1013-1020. Santoso, B., Suryawati, S., & Prawitasari Hadiyono, J.E. 1996. Small group intervention vs. formal seminar for improving appropriate drug use. Social Science & Medicine an internationaljournal, 42, 8, 1163-1168. Spencer, R.L., Miller, A.H., Young, E.A., & McEwen, B.S., 1990. Stress-induced changes in the brain: implications for aging. Dalam G. Nappi, A.R. Genazzani, E. Martignoni, & F. Petraglia (Eds. ). Aging volume 37; Stress and the aging brain: integralive mechanisms. New York: Raven Press. Spencer, R.L., O’Steen, W.K., & McEwen, B.S. 1995. Water maze performance of aged Sprague-Dawley rats in relation to retinal morphologic measures. Behavioural Brain Research 68, 139-150. Spencer, R.L., Miller, A.H., Moday, H.. McEwen, B.S., Blanchard. R.J., Blanchard, D.C., & Sakai. R.R. 1996. Chronic social stress produces reductions in available splenic type II corticosteroid receptor binding and plasma corticosteroid binding glubulin levels. Psychoneuroendocrinology, 21, 1,95-109. Sunartono & Darminto. 1995. From research to action: the Gunungkidul experience. Essential Drugs Monitor. 20,21-22. Traub, S.S. & Bamier, K-J. 1997. The psychoimmunological association of panic disorder and allergic reaction. Brilish Journal ofClinical Psychology, 36, February, 51-62. ISSN: 7tm Buteiin PsiM^L Tahun KSomor 2, Ihstmbtr mi

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda